Kamis, 07 Juli 2016

COMPACT CITY

  Pengertian Compact City
Compact city adalah suatu konsep desain dan perencanaan perkotaan yang terfokus terhadap pembangunan berkepadatan tinggi dengan penggunaan yang beragam dan bercampur jadi satu dalam suatu lahan yang sama untuk mengefisienkan lahannya semaksimal mungkin. Compact city pertama kali dicetuskan oleh George Dantzig dan Thomas L. Saaty yang merupakan matematikawan yang memiliki sebuah pikiran mengenai bagaimana cara untuk menggunakan sumber daya yang ada seefisien mungkin. Pemikiran tersebut lalu menginspirasi banyak perencana untuk membuat rencana kota yang jauh lebih efisien. Konsep compact city didasarkan kepada sistem transportasi publik yang efisien dan memiliki wajah perkotaan yang lekat dengan banyaknya jalur pejalan kaki dan sepeda. Konsep ini mengusahakan agar sesedikit mungkin penggunaan kendaraan bermotor yang menghasilkan polusi dan menghabiskan banyak energy. Selain itu, konsep ini meminimalkan jarak tempuh sehingga ketergantungan akan kendaraan bermotor akan berkurang. Dengan begitu kehidupan yang lebih ramah lingkungan dapat tercapai.
Apabila penerapan konsep compact city dapat terlaksana dengan baik maka banyak permasalahan saat ini dapat terpecahkan, tidak hanya untuk saat ini, tapi untuk berpuluh-puluh tahun mendatang.

 

Contoh Penerapan Compact city

Penerapan perencanaan kota di dunia mempunyai sejarah yang panjang yang dapat dianalisis dari keberadaan kota-kota tua yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Namun konsep perencanaan kota modern dimulai sejak abad ke-19 saat terjadi Revolusi Industri dimana negara-negara di Eropa mulai mengalami tekanan dan permasalahan seperti perumahan, udara, air, dll (Relph, 1987). Hingga abad ke-20 mulai diperkenalkan berbagai macam bentuk kota dengan segala kelebihan dan kekurangan serta dampaknya terhadap lingkungan. Urban sprawl yang merupakan bentuk dasar terbangunnya kota, semakin hari semakin mendapat kritik kecaman dikarenakan oleh berbagai sisi negatif yang melatarbelakanginya dalam aspek lingkungan, sosial dan ekonomi (Newman and Kenworthy, 1989)
Dalam strategi pengembangan kota masa depan, keberlanjutan merupakan “elemen inti” dan solusi bagi urban sprawl. Berbagai pengertian tentang konsep urban sprawlyang pada intinya yaitu “…unplanned, uncontrolled, uncoordinated.”. Ciri-ciri lain yaitu bukan fungsi campuran(mix of uses), tidak mempunyai batas lahan yang jelas, kepadatan rendah, berpola pita atau garis, menyebar, melompat, atau terisolasi dan sangat bergantung pada kendaraan. Ciri-ciri seperti itu mendominasi kota-kota di dunia 50 tahun yang lalu dan dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan budaya. Dampak dari urban sprawl yaitu pemborosan energi, mahalnya kebutuhan infrastruktur, kemacetan karena peningkatan lalulintas, segregasi sosial ekonomi, polusi udara, dll.
 

GREEN CITY



  PENGERTIAN GREEN CITY
Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial dan perlindungan lingkungan sehingga kota menjadi tempat yang layak huni tidak hanya bagi generasi sekarang, namun juga generasi berikutnya.
Green city bertujuan untuk menghasilkan sebuah pembangunan kota yang berkelanjutan dengan mengurangi dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan dengan kombinasi strategi tata ruang, strategi infrastruktur dan strategi pembangunan sosial. Konsep kota yang ramah lingkungan merupakan pengefektifan dan pengefisiensian sumber daya alam dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin adanya kesehatan lingkungan, dan mampu mensinergikan lingkungan alami dan buatan.
Kota-kota ramah lingkungan (eco-cities/green city) baik yang sudah dibangun maupun yang masih dalam tahap perencanaan  memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu: kota-kota yang ingin mengurangi atau menghapuskan penggunaan bahan bakar fosil, membangun gedung yang ramah lingkungan serta memromosikan “ruang hijau” dan udara bersih.
Tujuan dari kota-kota hijau ini juga ingin menciptakan sistem transportasi publik yang hemat energi dan mudah diakses, menciptakan lingkungan kota yang ramah bagi pejalan kaki serta membangun prasarana yang terstruktur yang memadukan fungsi tempat tinggal, tempat kerja dan tempat belanja.Semua kualitas ini dikenal sebagai konsep pembangunan perkotaan yang berkelanjutan (sustainable urbanism).
Dalam skala kota, tentunya konsep tersebut haruslah diwujudkan secara lebih luas lagi. Keberadaan suatu kota sangat tergantung pada infrastrukturnya. Masih menurut Nirwono Joga, pola jaringan RTH dengan berbagai jenis dan fungsinya merupakan rangkaian hubungan dan kesatuan terpadu yang membentuk infrastruktur hijau (green infrastructure) atau infrastruktur ekologis (ecological infrastructure). Infrastruktur hijau dengan berbagai jenis dan fungsinya berperan dalam menciptakan keseimbangan ekosistem kota dan alat pengendali pembangunan fisik kota.
Green city terdiri dari delapan elemen, yaitu :
1. Green planning and design (Perencanaan dan rancangan hijau)
Perencanaan dan rancangan hijau adalah perencanaan tata ruang yang berprinsip pada konsep pembangunan kota berkelanjutan. Green city menuntut perencanaan tata guna lahan dan tata bangunan yang ramah lingkungan serta penciptaan tata ruang yang atraktif dan estetik.
2. Green open space (Ruang terbuka hijau)
Ruang terbuka hijau adalah salah satu elemen terpenting kota hijau. Ruang terbuka hijau (RTH) berguna dalam mengurangi polusi, menambah estetika kota, serta menciptakan iklim mikro yang nyaman. Hal ini dapat diciptakan dengan perluasan lahan taman, koridor hijau dan lain-lain.
Contoh Ruang Terbuka Hijau di Kota Copenhagen, Denmark
Gambar 1.1 Contoh Ruang Terbuka Hijau di Kota Copenhagen, Denmark
Beberapa fungsi dasar RTH secara umum adalah sebagai berikut :
  • Fungsi bio-ekologis
  • Fungsi sosial, ekonomi serta budaya
  • Fungsi estetis RTH
Berikut ini merupakan tipologi RTH di perkotaan :
Tipologi Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan (Dokumen P2KH, 2012)
Gambar 1.2 Tipologi Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan (Dokumen P2KH, 2012)
3. Green Waste (Pengelolaan sampah hijau)
Green waste adalah pengelolaan sampah hijau yang berprinsip pada reduce (pengurangan), reuse (penggunaan ulang) dan recycle (daur ulang). Selain itu, pengelolaan sampah hijau juga harus didukung oleh teknologi pengolahan dan pembuangan sampah yang ramah lingkungan.
4. Green transportation (Transportasi hijau)
Green transportation adalah transportasi umum hijau yang fokus pada pembangunan transportasi massal yang berkualitas. Green transportation bertujuan untuk meningkatkan penggunaan transportasi massal, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, penciptaan infrastruktur jalan yang mendukung perkembangan transportasi massal, mengurangi emisi kendaraan, serta menciptakan ruang jalan yang ramah bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda.
Jalur dan Rambu-Rambu Sepeda di Kota Paris, Perancis
Gambar 1.3 Jalur dan Rambu-Rambu Sepeda di Kota Paris, Perancis
5. Green water (manajemen air yang hijau)
Konsep green water bertujuan untuk penggunaan air yang hemat serta penciptaan air yang berkualitas. Dengan teknologi yang maju, konsep ini bisa diperluas hingga penggunaan hemat blue water (air baku/ air segar), penyediaan air siap minum, penggunaan ulang dan pengolahan grey water(air yang telah digunakan), serta penjagaan kualitas green water (air yang tersimpan di dalam tanah).
6. Green energy (Energi hijau)
Green energi adalah strategi kota hijau yang fokus pada pengurangan penggunaan energi melalui penghemetan penggunaan serta peningkatan penggunaan energi terbaharukan, seperti listrik tenaga surya, listrik tenaga angin, listrik dari emisi methana TPA dan lain-lain.
7. Green building (Bangunan hijau)
Green building adalah struktur dan rancangan bangunan yang ramah lingkungan dan pembangunannya bersifat efisien, baik dalam rancangan, konstruksi, perawatan, renovasi bahkan dalam perubuhan. Green building harus bersifat ekonomis, tepat guna, tahan lama, serta nyaman. Green building dirancang untuk mengurangi dampah negatif bangunan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dengan penggunaan energi, air, dan lain-lain yang efisien, menjaga kesehatan penghuni serta mampu mengurangi sampah, polusi dan kerusakan lingkungan.
8. Green Community (Komunitas hijau)
Green community adalah strategi pelibatan berbagai stakeholder dari kalangan pemerintah, kalangan bisnis dan kalangan masyarakat dalam pembangunan kota hijau. Green community bertujuan untuk menciptakan partisipasi nyata stakeholder dalam pembangunan kota hijau dan membangun masyarakat yang memiliki karakter dan kebiasaan yang ramah lingkungan, termasuk dalam kebiasaan membuang sampah dan partisipasi aktif masyarakat dalam program-program kota.

2. KONSEP
Konsep Green City merupakan frase yang sering digunakan dalam mengangkat  isu ekologis ke dalam konsep perencanaan kota yang berkelanjutan dan perwujudan green city merupakan tantangan ke depan dalam pembangunan perekonomian yang berkelanjutan. Beberapa aspek krusial yang harus dipertimbangkan dalam menyusun kebijakan dan strategi pembangunan perkotaan, antara lain : harus dapat menyelesaikan permasalahan urbanisasi dan kemiskinan di kawasan pedesaan, kewajiban kota untuk menyediakan ruang hijau (RTH) minimal 30% dari luas wilayahnya, pengutamaan aspek perubahan iklim dalam kebijakan pembangunan, serta mengutamakan mitigasi dan risiko bencana.
Menurut Prof. Joerg Rekittke dari National University Singapore dalam paparannya menjelaskan menjelaskan tentang konsep green city yang cukup menarik dan “out the box” dalam perencanaan landscape, yakni mengenai konsep “Urban Jungle”. Konsep ini, merupakan perencanaan ruang terbuka hijau kota dengan tipologi hutan tropis yang memiliki multiple layer vegetation.
Ruang terbuka hijau dalam konsep green city mencakup empat hal :
  1. Taman berskala bertetanggaan (neighbourhood park)
  2. Taman lingkungan (community park)
  3. Taman kota (city park)
  4. Taman umum (public park)
Taman-taman ini merupakan tempat interaksi antarwarga lingkungan. Untuk itu perlu membuka akses terhadap taman-taman tersebut, mengingat taman-taman kota yang ada skarang sulit diakses, karena lalu lintas disekitar taman yang padat dan kebanyakan merupakan taman pasif.
Dengan konsep Green City krisis perkotaan dapat kita hindari, sebagaimana yang terjadi di kota-kota besar dan metropolitan yang telah mengalami obesitas perkotaan, apabila kita mampu menangani perkembangan kota-kota kecil dan menengah secara baik, antara lain dengan penyediaan ruang terbuka hijau, pengembangan jalur sepeda dan pedestrian, pengembangan kota kompak, dan pengendalian penjalaran kawasan pinggiran.
Terdapat beberapa pendekatan Green City yang dapat diterapkan dalam manajemen pengembangan kota:
  • Pertama adalah Smart Green City Planning. Pendekatan ini terdiri atas 5 konsep utama yaitu:
1. Konsep kawasan berkeseimbangan ekologis yang bisa dilakukan dengan upaya penyeimbangan air, CO2, dan energi.
2. Konsep desa ekologis yang terdiri atas penentuan letak kawasan, arsitektur, dan transportasi dengan contoh penerapan antara lain: kesesuaian dengan topografi, koridor angin, sirkulasi air untuk mengontrol klimat mikro, efisiensi bahan bakar, serta transportasi umum.
3. Ketiga, konsep kawasan perumahan berkoridor angin (wind corridor housing complex), dengan strategi pengurangan dampak pemanasan. Caranya, dengan pembangunan ruang terbuka hijau, pengontrolan sirkulasi udara, serta menciptakan kota hijau.
4. Keempat, konsep kawasan pensirkulasian air (water circulating complex). Strategi yang dilakukan adalah daur ulang air hujan untuk menjadi air baku.
5. Kelima, konsep taman tadah hujan (rain garden).
  • Pendekatan kedua adalah Konsep CPULS (Continous Productive Urban Landscapes). Konsep penghijauan kota ini merupakan pengembangan landscape yang menerus dalam hubungan urban dan rural serta merupakan landscape productive.
  • Pendekatan terakhir adalah Integrated Tropical City. Konsep ini cocok untuk kota yang memiliki iklim tropis seperti Indonesia. Konsep intinya adalah memiliki perhatian khusus pada aspek iklim, seperti perlindungan terhadap cuaca, penghutanan kota dengan memperbanyak vegetasi untuk mengurangi Urban Heat Island. Bukan hal yang tidak mungkin apabila Indonesia menerapkannya seperti kota-kota berkonsep khusus lainnya (Abu Dhabi dengan Urban Utopia nya atau Tianjin dengan Eco-city nya), mengingat Indonesia yang beriklim tropis.
Konsep Integrasi Kota Tropis
Gambar 1.4 Konsep Integrasi Kota Tropis
Kelebihan dari konsep Green City adalah dapat memenuhi kebutuhan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di suatu kawasan, sehingga dapat mengurangi bahkan memecahkan masalah lingkungan, bencana alam, polusi udara rendah, bebas banjir, rendah kebisingan dan permasalahan lingkugan lainnya.
Namun disamping kelebihannya, konsep ini memiliki kelemahan juga. Penerapannya pada masing-masing kawasan tidak dapat disamaratakan karena tiap-tiap daerah memerlukan kajian tersendiri. Setidaknya harus diketahui tentang karakteristik lokal, iklim makro, dan sebagainya. Misalnya, daerah pegunungan RTH difungsikan untuk menahan longsor dan erosi, di pantai untuk menghindari gelombang pasang, tsunami, di kota besar untuk menekan polusi udara, serta di perumahan, difungsikan meredam kebisingan. Jadi RTH di masing-masing kota memiliki fungsi ekologis yang berbeda. Disamping itu, penerapannya saat ini kebanyakan pelaksanaan penghijauannya tidak terkonseptual, sehingga menimbulkan citra penghijauan asal jadi tanpa melihat siapa yang dapat mengambil manfaat positif dari penghijauan.
3. Kota-Kota Green City
1) Copenhagen, Denmark
Copenhagen merupakan salah satu kota di Denmark yang telah menerapkan konsep kota cerdas tersebut. Kota ini disematkan label ‘green city leader’, dengan pengakuan dari indeks kota cerdas Siemens dan European Green Capital pada 2014, karena memiliki jumlah karbondioksida terendah di dunia (kurang dari dua ton/kapita). Predikat ini tidak muncul dengan sendirinya, melainkan melalui sebuah usaha berkelanjutan sejak tahun 1981, dengan program hidup bersepeda. Kota ini kemudian memiliki target agar perjalanan ke tempat kerja atau sekolah dengan menggunakan sepeda mencapai 50%. Pada tahun 2009, target ini telah tercapai 37%, sebuah hasil yang sangat signifikan, dan pada tahun 2025 Copenhagen menargetkan kotanya netral karbon. Copenhagen juga telah menerapkan konsep IT yang terintegrasi, dengan melakukan kolaborasi dengan MIT untuk membuat The Copenhage Wheel, sebuah sepeda hybrid yang memiliki sensor untuk mengukur polusi, kemacetan lalu lintas, dan kondisi jalanan secara real time.
Turbin Angin Raksasa di Laut Copenhagen
Gambar 1.5 Turbin Angin Raksasa di Laut Copenhagen
2. Stockholm, Swedia
Stockholm, Ibu Kota Ramah Lingkungan Pertama di Eropa ini menerapkan sejumlah inisiatif hijau guna menciptakan kota yang ramah alam.
Stockholm dinobatkan sebagai Ibu Kota Ramah Lingkungan Pertama di Eropa oleh Komisi Eropa pada 2010. Guna meraih gelar tersebut, dalam beberapa tahun terakhir,  Stockholm berinvestasi di beberapa sektor guna menciptakan model kota yang berkelanjutan.
Hasilnya, pada  2009, produksi gas rumah kaca Swedia turun 3,6 juta ton menjadi 60 juta ton dari level 2008. Tingkat polusi juga turun 17% dari tahun 1990. Jumlah total emisi gas rumah kaca dari industri transportasi domestik mencapai 20,3 juta ton, sementara emisi dari sektor energi mencapai 24,2 juta ton.
Inisiatif Program Lingkungan Stockholm menyediakan sistem transportasi yang efisien dan ramah lingkungan. Sekitar 670 juta perjalanan individu dilayani oleh jaringan yang didukung oleh lebih dari 2000 bis, 1000 gerbong kereta api dan berbagai jenis angkutan perkotaan (metro carriages).
Semua sistem transportasi publik tersebut menggunakan bahan bakar yang bersih dan ramah alam (clean energy). Semua layanan kereta – dan juga bis-bis perkotaan – dioperasikan dengan energi terbarukan. Mobil-mobil tradisional diganti dengan mobil-mobil ramah lingkungan yang jumlahnya kini mencapai hampir 100.000 armada.
Dari sisi regulasi, sejak 2006, Stockholm membebankan pajak emisi pada semua mobil yang terdaftar di Swedia yang masuk dan keluar pusat kota Stockholm di luar jam kantor. Kebijakan ini berhasil mengurangi emisi dan kepadatan lalu lintas sebesar 10-15%.
Di bidang energi, kota Stockholm memiliki tradisi pengelolaan sampah dan pengolahan energi dari limbah rumah tangga sejak berabad silam.
Dalam Rencana Pengelolaan Limbah Strategis (Strategic Waste Management Plan) untuk tahun 2008-2012, Stockholm berupaya meningkatkan jumlah limbah makanan yang dikumpulkan dan diolah.
Target kota ini adalah mengolah 35% limbah makanan yang berasal dari restoran dan toko kelontong – dan 10% limbah makanan rumah tangga.
Guna mencapai target tersebut, pemerintah memromosikan pengumpulan dan pemilahan limbah makanan yang berasal dari restoran. Saat ini, panas yang dihasilkan dari pengolahan limbah makanan digunakan untuk sistem pemanas ruangan rumah tangga dan sudah memasok lebih dari 70% rumah.
Sementara itu, dari sisi pengelolaan limbah, 25% limbah kota berhasil didaur ulang dan dikomposkan sehingga menciptakan sistem pengelolaan limbah yang efektif. Stockholm juga memiliki dua pusat pengelolaan air limbah yang mampu memasok air bagi 1 juta penduduk.
Air limbah diproses dengan teknologi canggih guna memisahkan unsur nitrogen dan fosfor. Standar pengelolaan air limbah ini melampaui Standar Pengelolaan Air Limbah Perkotaan yang ditetapkan oleh Uni Eropa.
Biogas yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan air limbah ditingkatkan kualitasnya untuk digunakan sebagai bahan bakar bis umum, taksi dan kendaraan pribadi. Sementara panas yang dihasilkan dipakai untuk kebutuhan rumah tangga. Semua kebijakan ini saling terkait dan mendukung Stockholm menjadi Ibu Kota Hijau Pertama di Eropa.
Gambar 1.6 Pemandangan Kota Stockholm, Swedia
Gambar 1.6 Pemandangan Kota Stockholm, Swedia

Gambar 1.7 Sudut Kota Stockholm, Dengan Pedestrian Diantara Sungai-Sungai Kecil
Gambar 1.7 Sudut Kota Stockholm, Dengan Pedestrian Diantara Sungai-Sungai Kecil

PENERAPAN SMART CITY DI ASIA


A. Tokyo dan Yokohama (Jepang)
Dalam sekali peluncuran indeks kota pintar versi CIMI saja, Jepang mampu  memunculkan dua kota dalam jajaran 10 terbaik smart city dunia, yakni Tokyo dan Osaka. Bahkan dalam setiap hasil survei terkait predikat kota pintar, Negeri Sakura seakan tak pernah absen untuk menyertakan salah satu dari kota yang dimiliki.
          
Negeri Matahari Terbit ini setidaknya memiliki 12 proyek kota pintar yang sedang berjalan. Sebagai percontohan, Jepang memiliki satu andalan kota lain selain Tokyo dan Osaka, yakni Yokohama. Kota ini merupakan kota kecil yang masih menjaga keasrian sehingga kerap meraih juara dalam tata kota di bidang ekosistem dan lingkungan hidup.

Soal lingkungan hidup, kota-kota lain bisa belajar pada Yokohama Smart City. Kota dengan jumlah penduduk 3.7 juta jiwa ini memiliki proyek infrastruktur untuk memfasilitasi ‘renewable energies’ dengan skala besar yang mampu mentrasformasi kota menjadi kota yang rendah karbon sambil menjaga dan mengutamakan kenyamanan penduduk.

Dalam forum Asia Africa Smart City Summit di Bandung, Jawa Barat pada 2015 lalu, Akademisi Waseda University, Jepang, Toshio Obi memaparkan ihwal keberhasilan negaranya dalam mengembangkan konsep smart city. Menurut dia, Jepang memiliki lima standar yang dipakai untuk mewujudkan cita-cita smart city, yakni pemerintahan yang cerdas, ekonomi, mobilitas, lingkungan, sumberdaya manusia, dan kawasan perumahan.

"Tokyo bisa menjadi smart city karena kekuatan transportasinya," kata Obi kepada Metrotvnews.com.

Untuk Tokyo dengan jumlah 35 juta penduduknya, pemerintah Jepang membangun Subway dengan peta yang terhubung dengan seluruh tujuan bepergian warganya. Meski tampak rumit secara penggambaran jalur, namun minat masyarakat untuk memilih transportasi umum berupa kereta bawah tanah menjadikan arus lalu lintas lebih teratur dan tertib.

"Kelebihannya Subway sangat cocok dengan perekonomian masyarakat," ujar dia.

Selain Tokyo, Osaka dan Yokohama. Jepang juga memiliki Toyota Smart City. Kota cerdas yang dibangun oleh perusahaan otomotif raksasa itu pada akhirnya mampu memberikan sumbangsih untuk persoalan populasi, transportasi publik, industri, pendidikan, juga lingkungan hidup.


B. Seoul (Korea Selatan)
Seoul dibilang pantas menyandang smart city bukan lantaran di dalam ibu kota Korea Selatan ini terdapat dua perusahaan raksasa Samsung dan LG. Namun lebih pada ambisi pemerintah setempat untuk mewujudkan Seoul sebagai kota cerdas berbasis pelayanan publik melalui teknologi informasi. Di kota Seoul terdapat infrastruktur kabel optik terpanjang yang menghubungkan antarrumah untuk menopang akses internet tercepat dan termurah di dunia. Setidaknya, untuk koneksi 10 Mbps, warga hanya dikenakan sekitar 20 USD. Fasilitas ini pada akhirnya mendorong Korea Selatan sebagai negara dengan penetrasi internet terbesar di dunia.

Kecanggihan teknologi informasi di Korea Selatan semakin menggemaskan dalam lima tahun terakhir. Beragam ekosistem perintis (startup) mengalami pertumbuhan secara luar biasa pesat. Fenomena ini muncul berlatar pada dua hal, pertama mudahnya fasilitas dan akses  internet memupuk generasi muda untuk berlomba menggeluti enterpreneur di bidang teknologi informasi, dan kedua, karena Pemerintah Korea Selatan mencurahkan dukungan penuh terhadap segala hal yang memiliki kait-paut dengan dunia teknologi informasi.



Di bidang transportasi publik, Seoul memiliki prinsip menyajikan kemudahan dan kenyamanan secara total kepada para penggunanya. Di setiap stasiun Subway dipasang fasilitas Digital View. Seperti halnya alat komunikasi sekelas ponsel, perangkat ini memberikan keleluasaan bagi para pengguna untuk melakukan panggilan domestik secara gratis.

Melalui paket perangkat Digital View, warga Seoul juga mendapatkan segenap kemudahan dalam bidang pelayanan publik. Dengan bentuk layar lebar dan menggunakan operasi sentuhan jari, perangkat ini menyajikan akses pembayaran umum, pajak, daftar film bioskop, kupon gratis, informasi cuaca dan aneka fitur lainnya.

Tidak hanya di Seoul, gagasan smart city juga mulai dirasakan manfaatnya di sebuah distrik bernama Gangnam. Setidaknya 3.500 CCTV dipasang di setiap pelosok dan sudut gedung hingga lorong sempit demi mewujudkan rasa aman kepada setiap warga yang melintas. Pemerintah kota setempat juga menyiapkan software dan hardware pengontrol keamanan yang memungkinkan bagi warganya untuk mendapatkan bantuan secara cepat. Semuanya, dihubungkan dalam jaringan internet dengan kekuatan koneksi yang tinggi.
 

PENERAPAN SMART CITY DI EROPA


Kawasan di Eropa
 
Berlin
Salah satu kota terbesar di benua Eropa sekaligus ibukota dari Negara Jerman. Berlin menerapkan teknologi V2G (Vehicle To Grid). Teknologi inimampu menciptakan virtual power plan dari kendaraan listrik di seluruh kota. Selain itu dilakukkkan peningkatan kualitas hidup, inovasi, green ness, melalui pemanfaatan sejumlah teknologi informasi saat ini.
Paris
Kota Paris termasuk salah satu kota besar di benua Eropa yang menerapkan Smart City dengan baik di beberapa bidang kehidupan. Salah satunya di bidang pemerintahan dengan adanya penyelenggaraan pemerintahan secara digital (E-Government)dan tata kelola pemerintahan secara digital (E-Governance). Dengan menyediakan informasi pemerintahan melalui website (komputer dan mobile), dimana masyarakat turut aktif di dalam pemberian saran, usulan, dan partisipasi aktif.
Barcelona
Barcelona menjadi satu kota terpadat di dunia, hal ini menimbulkan permasalahan sosial yang umum dihadapi oleh kota-kota lainnya. Barcelona menerapkan smart city ke dalam solusi cerdas untuk pengurangan emisi karbon, pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, pemanfaatan energy dari sinar matahari, implementasi EV (Electric Vehicle),penyediaan infrastruktur untuk charging public, serta pembuatan living lab untuk smart city innovation.
Copenhagen
Ambisi kota ini salah satunya adalah menciptakan kondisi kota yang ramah lingkungan, di mana tingkat emisi karbon mencapai 0% di tahun 2025, memanfaatkan revolusi Green Technology yang banyak memberi manfaat. Dengan adanya Green Technology, Intelligence Street Lighting, serta pemanfaatan solar panel untuk energy public, menjadikan Copenhagen mampu menjadi salah satu Smart City di kawasan Eropa.

PENERAPAN SMART CITY DI INDONESIA

Sebelum kita membicarakan Smart city di indonesia kita perlu tau kondisi di indonesia saat ini.Kondisi Berdasarkan data ,Indonesia tahun 2013 adalah sebagai berikut

  1. Populasi penduduk di indonesia 240 juta jiwa
  2. jumlah rumah tangga 60 juta
  3. GDB per kapita USD 3000
  4. Populasi perkotaan 55 %
  5. jumlah pengguna seluler 300 juta
  6. jumlah pc 4 juta
  7. jumlah pengguna internet 80 juta (40 persen dari pengguna mobile)
  8. jumlah pelanggan broadband internet 23 juta (30 mobile internet user)
  9. pertumbuhan ekonomi 5,4 pertahun
Berdasarkan data diatas,indonesia sudah seharusnya menerapkan konsep smart city . Di indonesia sudah ada beberapa kota yang sudah menerapkan konsep smart city diantaranya:
  1. Bandung
  2. Balikpapan
  3. Makasar 
  4. surabaya
 
  

BANDUNG
  • Telah terdapat 5000 wifi disetiap ruang public
  • pelayanan public lewat jaringan sosial media seperti twitter
  • setiap dinas memiliki data digital 
  • kartu parkir berbayar
  • smart goverment dengan mengupgread sistem di pemerintahan dari paper ke paperless dengan sistem informasi yang user frendly
  • Bandung akan punya kota pintar yang akan dinamai Bandung Technopolis seluas 400 hektar. Kota pintar di Gede Bage itu nantinya akan menjadi prototipe penerapan smart city di Indonesia

    Balik papan
  • balikpapan didirikan data center terbesar di indonesia
  •  Kota yang berbabis cerdas teknologi ini akan menghasilkan kreativitas digital ( Digital Creative Center) bagi para pengguna teknologi yang ada di Kalimantan timur, khususnya Balikpapan. 
  • Data center di Balikpapan sudah mengalahkan Luas data center yang ada di Surabaya (5.500 m2), sentul (8.000 m2) dan serprong (20.000 m2)

  • Makasar
  • Jalan Layang di Pantai Losari Dari Belakang HGM (Hotel Golden Makassar) ke Depan Fort Rotterdam
  • Smart Hospital, menambahkan perangkat sensor pada pasien (location tracking devices) dan papan status yang ditempatkan diruang tunggu untuk melacak keberadaan pasien (electronic status board)
  •  Smart Parking Censor Platform, fitur mengisi bensin dan menambahkan fitur cuci kendaraan dan service
  • Balikpapan, Telkom juga berencana membangun pusat kreativitas digital (digital creative center), sebagai fasilitas berbasis teknologi canggih.
  • 1.000 titik akses koneksi internet berbasis wireless melalui @wifi.id di berbagai lokasi di Balikpapan

    Surabaya
    • Kota Surabaya adalah kota yang memenangkan ajang  Smart City Award 2011 yakni Smart Environment, Smart Living, dan Smart Governance.
    • Di Surabaya banyak terdapat open space, bahkan surabaya sudah meningkatkan ruang terbuka hijau menjadi 40%. Salah satu taman di surabaya membuat kota Surabaya mendapat penghargaan dari adiwiyata dan taman terbaik di Asia.
    • pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus ekploratoris yang berbekal sedikit teori dan mengeksplorasi fenomena kasus. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa proses pembangunan Kota Surabaya menuju Smart City